Selasa, 20 Desember 2011

short story "Rule is a friendship"

Angin bagaikan buah simalakama dalam kehidupan manusia. Mereka membawa kesejukan ditengah kesesakan yang dirasakan oleh manusia. Namun disisi lain, mereka membawa malapetaka bagi manusia. Sama seperti manusia, mereka tidak hidup sendiri. Angin membentuk kerajaan dan saling berhubungan dengan kerajaan angin lainnya. Semua kerajaan angin mempunyai kesepakatan untuk tidak berhubungan dengan bangsa lain, kecuali untuk urusan kerajaan. Barang siapa melanggarnya maka akan dilenyapkan. Sebuah kerajaan angin di bagian utara dipimpin oleh seorang ratu yang sangat keras, tegas, disiplin dan bijaksana. Ratu mempunyai seorang anak yang kemungkinan besar akan manggantikannya kelak di kemudian hari.
Putra Mahkota Angin selalu meluangkan waktu untuk berjalan-jalan di sekitar kerajaan di sore hari. Hal ini dia lakukan karena dia senang bertemu dengan angin-angin yang berjalan kesana-kemari. Didalam hati Putra Mahkota Angin, dia tidak pernah setuju dengan kesepakatan untuk tidak berinteraksi dengan bangsa lain. Tetapi ia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Sampai pada suatu hari, ditengah keasyikannya menikmati suasana sore, dia mendengar suara tangisan yang ternyata berasal dari seorang awan. Putra mahkota pun ingin mendekatinnya. Setelah beberapa langkah dia maju, langkahnya terhenti dengan ingatan tentang larangan itu. Hatinya berkata untuk mendekati awan tetapi akalnya berkata tidak. Dengan mengendap-endap Putra Mahkota menuju sebuah batu besar di dekat awan, bersembunyi disana dan berbicara dengan suara pelan kepada awan.
Angin: Hei awan, kalo kamu dengar suara aku, jawab aja “ya” dan jangan sekali-sekali kamu cari aku dimana karena dikerajaan ku ada larangan untuk berinteraksi dengan bangsa lain. Aku angin.
Awan: iya angin, gue dengar. Tapi ngomong-ngomong lo dimana?? Jangan bikin gue takut deh.
Angin: aku ada dibalik batu besar, kenapa kamu duduk sambil menangis?
Awan: gue ditinggalin teman-teman gue.
Angin: kok bisa?
Awan: ini gara-gara gue ketiduran di bawah pohon ini. Begitu bangun, mereka udah ga ada. Coba deh lo duduk sini, pasti bakalan ngantuk berat, anginnya sepoi-sepoi sih.
Angin: ah, ngaco kamu! Aku kan angin.
Awan: ah! Betul juga lo. Lo kan angin. (terduduk lemas sambil memikirkan nasibnya).

Mereka berdua terdiam beberapa saat. Angin merasa bersalah karena bangsanya membuat awan tertidur sehingga awan ditinggal teman-temannya. Sementara awan memikirkan cara untuk menyusul temannya kearah selatan. Sampai pada akhirnya, secara spontan angin berdiri dan berkata dengan lantang,
Angin: ayo, kita susul teman-teman kamu. Aku temani sampai kamu ketemu lagi sama mereka.
Seketika itu juga para prajurit melihat kearahnya. Angin tersadar bahwa dia melanggar peraturan kerajaan.
Angin: aahhh, mati gue !!!! (dengan nada geram dan bingung)
Pemimpin prajurit melaporkan kejadian itu kepada Ratu dan membuat Ratu sangat terkejut. Peraturan tetap peraturan. Dengan image sebagai Ratu yang tegas dan disiplin, ratu tetap harus melaksanakan hukuman untuk melenyapkan Putra Mahkota walaupun dengan sangat berat hati. Tapi ternyata para menteri di kerajaan angin melarang Ratu melakukan hukuman itu dan akhirnya angin diusir dari kerajaan.
Awan: maaf ya, gara-gara ketemu gue, lo jadi diusir dari kerajaan. Tapi, apa lo bener-bener putra mahkota?
Angin: hehe..(tertawa kecil). Ya, gue ini putra mahkota kerajaan angin. Kenapa lo kaget?
Awan: heh, ya.. gue emang kaget. Kaget karena denger lo ngomong pake bahasa lo-gue. Perasaan tadi lo ngomong pake aku-kamu. Ah, mentang-mentang udah dipecat jadi putra mahkota, lo jadi semaunya kan.
Angin: hahahahahahaha.. mungkin..
Awan: bosan?
Angin: hah… (menghela nafas) bosan dengan kehidupan yang sempit.. bosan dengan peraturan yang melarang berinteraksi dengan bangsa lain.
Awan: terus sekarang gimana ini?
Angin: no problem lah.. seenggaknya gue ada temen di luar sini. Selama ini gue cuma ketemu sama angin sebangsa aja. Sekarang gue bebas mau ketemu siapa aja. Udah lah, mau kemana kita sekarang?
Awan: temen-temen geu pergi ke selatan. Sebenarnya besok gue ada pertandingan futsal antar awan dari penjuru dunia di selatan.
Angin: yaelah.. kenapa lo ga ngomong dari tadi? Kita kan bisa ngebut jalannya.
Awan: huff.. gue rasa temen-temen gue sengaja ninggalin gue deh.. well, gue suka banget sama futsal tapi tiap kali gue ikut seleksi, gue selalu gagal karena lari gue lambat. Gue masuk tim ini aja gara-gara gue menang taruhan. Palingan gue cuma bisa jadi penonton aja ntar.
Keseriusan angin membuat dia tak sadar kalo dia sudah meninggalkan awan yang duduk sedih di langit.
Angin: woi! Bilang dong kalo mau berhenti (sambil menghampiri awan). Kalo lo emang suka futsal, teknik lo udah sampe mana?
Awan: (menghela nafas) masih cetek..
Angin mencoba mengerti keadaan awan, dia tidak mau menambah kesedihan awan. Dia pun memberi semangat pada awan.
Angin: (mengulurkan tangan) ya udah, ayo jalan. Kita cari bola terus kita latihan sambil jalan, masih ada waktu. Ya, walaupun gue bukan pemain futsal yang baik, seenggaknya gue bisa bantu lo sedikit-sedikit.
Gayung bersambut, awan menerima tawaran angin. Ditengah perjalanan, mereka bertemu nenek sihir (neksir) yang sedang terbang dilangit dengan sapu terbangnya.
Angin: woi, neksir.. gue denger dari orang-orang kalo lo itu sakti ya??
Neksir: hihihihihihihihihi… kemane aje lo baru tau? Gue bisa buat apa aja tau. Kenapa lo tanya-tanya? Mau belajar sihir sama gue?
Awan menarik angin dan berkata
Awan: apa-apaan sih lo?! Ngapain lagi manggil itu neksir? Mau cari masalah?
Angin: tenang aja..
Neksir: ada apa kalian bisik-bisik?
Angin: ah, enggak.. ga ada apa-apa.. oia neksir, gue cuma mau liat sendiri kesaktian lo.. kalo emang lo sakti, coba munculin bola.
Neksir: kecil..
Neksir mengeluarkan mantranya dan “cling”, seketika juga bola itu ada di tangan.
Neksir: nih, lo liat kan?? (dengan bangga menunjukkan bola ditangannya)
Angin: wah, bener juga.. (berusaha mengambil bola itu)
Neksir: weits, lo mau kadalin gue apa? Di dunia ini enggak ada yang gratis! Bola ini ada harganya.
Saat angin dan neksir melakukan transaksi tawar menawar, tiba-tiba sapu terbang neksir memberi kode pada awan sehingga awan pun mendekatinya.
Sapter: hati-hati.. dia jahat.. dulu gue sama seperti kalian tapi semua itu hanya jebakan.. gue disekap sama dia pake mantra.. gue mau bebas, tolong gue..
Awan: ah…! Betul kan dugaan gue.. bakalan jadi masalah ini.. ok, sapter.. sekarang kasih tau gue gimana caranya lo bisa bebas.. gue ga ngerti soal mantra-mantra..
Sapter: dia takut kalo ada hujan angin. Dia pasti bakalan ngumpet. Nah, waktu dia ketakutan suruh dia bilang gini,”mbul gombal gambol, gombalnya mumbul mumbul”. Itu mantra yang bisa bebasin gue dari dia. Dengan gitu lo bisa dapat bola gratis, gue bisa bebas.
Setelah itu awan menarik angin yang sedang asyik tawar menawar.
Angin: aduh… apaan sih lo narik-narik?! Gue lagi nawar nih. Ga usah ganggu deh.
Awan: sisi gue bisikin
Awan menarik angin lalu menceritakan semuanya.
Awan: gimana?
Angin: eemm, ok deal.. tapi gimana? Gue enggak bisa jadi angin besar kalo enggak marah.
Awan: aish, sama!
Mereka mondar-mandir memikirkan cara untuk membuat hujan angin. Neksir melihat mereka berdua sebagai dua orang yang sedang memikirkan baik-baik tawarannya. Saat angin dan awan saling membelakangi, sapter menendang pantat mereka secara bersamaan.
Awan+: apaan sih lo tendang-tendang !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Angin
Seketika itu juga mereka marah namun langsung menyadari rencana yang baru mereka buat. Mereka bertengkar dan hujan angin pun dating. Neksir ketakutan histeris sambil berteriak-teriak dan memegang sapter erat-erat.
Neksir: STOP……..!!!!!!!!!!!
Angin: ga usah ikut campur deh lo neksir. Ga tau apa gue lagi marah?!
Neksir tambah ketakutan. Awan dan angin saling memberi tatapan licik.
Awan: kalo lo mau kita berhenti, lo harus bilang,”mbul gombal gambol, gombalnya mumbul mumbul”. Kalo enggak, kita bakalan tambah rebut.
Neksir yang sedang ketakutan tidak dapat berpikir panjang dan langsung mengatakan mantra itu dengan nada ketakutan dan gemetaran.
Neksir: ”mbul gombal gambol, gombalnya mumbul mumbul”.
Cccrrriiiiiinnngggg..... Sapter pun terbebas dari sihirnya. Awan dan angin pun berhenti berkelahi dan saling memberi ‘high five’ sebagai tanda keberhasilan mereka.
Neksir: ha???!!!! Dasar kurang ajar!!!!!
Neksir mengambil aba-aba untuk mengeluarkan mantra. Namun sebelum mantra terucap, sapter pergi dari neksir yang saat itu berada di atas sapter. Hal ini membuat neksir jatuh ke tanah dan berteriak.
Neksir: aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......
Sapter: bye bye nenek sihir.. gue udah bosan jadi alat lo. Sekarang gue mau bebas. Hahahahahahha....
Angin: awan, ini bolanya. Tangkap! Ayo, kita jalan lagi..
Sapter: tunggu! Kalian mau kemana? Gue ikut dong.. gue enggak ada tujuan nih. Mendingan gue ikut lo aja. Siapa tau bisa bantu-bantu nanti. Iya kan??
Sapter mencoba meyakinkan awan dan angin untuk mengikutsertakan dirinya dalam perjalanan mereka.
Awan: ya udahlah.. biar tambah rame juga.. iya ga ngin?
Angin: terserah.. (sambil berlalu meninggalkan awan dan sapter)
Ketiganya berjalan bersama-sama ke arah selatan. Selama perjalanan, mereka melakukan latihan futsal. Mulai dari latihan menendang bola, mengoper bola, dll. terlebih lagi mereka membantu awan untuk meningkatkan kecepatannya dalam berlari. Kira-kira 3 jam kemudian, mereka bertemu dengan tanah yang sengaja naik ke langit untuk berbicara dengan awan.
Tanah: awan, tunggu.... gue perlu bicara sama lo..
Angin: aduh.... ada apa lagi sih ini.. ada-ada aja..
Awan: sebentar guys.. kayaknya dia serius deh..
Ada apa ya??
Tanah: begini awan, coba deh lo liat ke bawah. Lo ga liat tanah-tanah udah pada teriak-teriak minta air? Lo kemana aja sih? Masa sampai sekarang enggak ada hujan.
Awan: duh, sorry nih.. tapi musim ini bukan gue yang tugas. Pasukan awan lain yang tugas. Lo ngomong aja sama dia, bukan sama gue.
Tanah: yaelah, sama aja kan. Daripada gue harus nemuin dia dulu, mendingan langsung aja sama lo. Kelamaan.. kasian bangsa gue.
Awan melihat ke arah angin dan sapter. Secara bersamaan mereka mengangkat bahu sebagai tanda mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan menyerahkan semuanya pada awan.
Awan: gue enggak bisa turunin hujan.. enggak ada yang bisa bikin gue ngeluarin air.
Angin: itu artinya..... lo mau bantuin bangsa tanah??
Awan: mau sih.. tapi gimana?? Masa iya kayak tadi lagi...?? (menghela nafas dalam kebingungan)
Angin: aha! Gue punya ide..!! lari..!! ya, lari.. lo lari keliling daerah ini 10 kali. Nah, ntar kan lo keringatan tuh, terus ujan deh.. gimana??
Sapter: plus.... lo bisa sekalian latihan lari kan.. bukan begitu betul??
Angin: aha....!!! (sambil menunjuk ke arah sapter tanda setuju)
Awan lari mengitari daerah itu. Tidak hanya lari tetapi awan pun berlatih dengan menggunakan bola. Tanah merasa lega karena awan bersedia menurunkan hujan. Tanah pun berpamitan pulang ke bawah. Karena keasyikkan berlatih, awan tidak sadar kalau hujan yang dia keluarkan sudah terlalu banyak sampai-sampai membuat banjir.
Sapter: STOP... STOP...STOP...!!!!!! eh, lo stress ya??!!! Enggak liat tuh di bawah udah banjir?? Ini mah namanya bikin susah bukan bikin seneng.
Angin: astaga.. udah banjir?? Gila, untung gue enggak ikut latihan juga.. bisa-bisa hujan badai.. (terbangun dari tidurnya karena terkejut oleh suara sapter)
Awan: kalian ini gimana sih?? Mereka sendiri kan yang minta hujan.. sekarang udah dikasih hujan, mereka malah mengeluh..
Sapter: tapi kira-kira dong..
Awan: ah lo.. kayak enggak tau aja, manusia itu enggak pernah puas. Daripada nanti mereka minta lagi, mendingan gue kasih lebih kan..?? udah ah, jalan lagi aja yuk.. ntar telat nyampenya..
Ternyata benar, setibanya di stadion futsa, pertandingan sudah dimulai. Awan langsung masuk ke tempat timnya, sementara angin dan sapter duduk di kursi penonton. Teman-teman awan bingung melihat kedatangan awan.
Pertandingan berjalan sengit. Pemain lawan bermain curang. Mereka bermain kasar dan teman-teman awan menjadi korban. Satu per satu pemain cadangan dikeluarkan. Tiba saatnya tinggal awan satu-satunya pemain cadangan yang tersisa. Awalnya, pelatih meragukan kemampuan awan tapi apa boleh buat. Awan turun ke lapangan.
Angin: awan.... ayo lo bisa....!!!!! yo...yo...yo... (memberi semangat sambil menari ala cheerleaders)
Sapter: inget yang gue ajarin tadi wan..
Dengan perasaan khawatir, awan melangkahkan kakinya masuk ke lapangan. Di menit pertama dia bermain, awan terjatuh. Namun, dia masih bisa bertahan.
Sapter: woi, curang tuh!! Kartu merah dong.. woi, wasit..!! (berteriak sambil menunjuk ke lapangan)
Angin: enggak bisa gitu dong.. enggak fair tuh.. ah, payah.. gimana sih nih???!!!
Ya, mereka heboh sendiri. Karena kehebohannya, para penonton lain melihat ke arah mereka dengan tatapan heran. Sadar telah menjadi tontonan mereka pun tersipu malu dan duduk kembali.
Angin: lo sih.. bawel..
Sapter: eh, hebohan lo kali..
Angin: ah, berisik!
Sapter: apa?!!
Angin: ayo awan... hajar terus.. kita disini dukung lo... (secara spontan berdiri dan teriak-teriak lagi)
Menyadari kembali bahwa dirinya telah mengganggu (lagi) penonton lain, angin pun meminta maaf dengan malu.
Angin: hehehehehhehehehehe... maaf ya... kebawa emosi soalnya.
Pertandingan dimulai lagi. Kecepatan lari awan memang meningkat tetapi hanya sedikit. Sapter menyadari hal itu.
Sapter: ngin, lo perhatiin enggak sih kecepatan lari si awan??
Angin: ada kemajuan sih tapi cuma dikit.. (sambil terus mengamati kecepatan lari awan)
Sapter: nah, gue juga sependapat sama lo.. kalo gini terus gimana dia bisa ngegiring bola ke gawang.
Sapter diam sejenak untuk berpikir.
Sapter: lo aja yang bantuin..!
Angin: bantuin?? Bantuin apa?? Yang main itu para awan bukan angin.
Sapter: dodol! Lo enggak main di lapangan. Lo disini aja. Lo keluarin deh tuh kekuatan angin lo ke arah awan. Dengan begitu kan kecepatan larinya bisa nambah.
Angin: hahahahahahaahaha.. otak lo encer juga ya.. ide yang bagus.. tapi lo pukul gue dulu ya biar keluar anginnya.. tapi jangan kenceng-kenceng
Sapter: ok... siap ya?? Gue pukul nih..
Angin pun mengeluarkan kekuatannya namun sayang targetnya meleset.
Sapter: gimana sih lo ngin?? yang lo tiup itu awan bukan pemain-pemain yang lain.
Angin: sorry sorry.. abis mereka bergerombol sih. Jadi kan gue bingung, mana si awan mana pemain lain.
Sapter: ok.. sekarang konsentrasi ye... targetnya awan bukan yang lain.
Secara perlahan ide sapter berhasil. Tim awan mampu mengejar ketinggalan. Walaupun bukan awan yang mencetak gol tapi yang terpenting mereka bisa mengimbangi skor. Tiba di suatu moment dimana awan sudah mendekat di gawang.
Sapter: ayo ngin.. dikit lagi.. dikit lagi.. ayo.. ayo.. ayo.. ye...!!! wo... (heboh sambil memeluk dan memukul-memukul angin)
Angin: ah, sarap lo!! Gue udah capek niupin awan, sekarang lo pukul-pukul lagi..
Sapter: awan tuh ngin.. awan.. dia nyetak gol.. aha... kita berhasil.. hore.. hore.. hore (berteriak kegirangan sambil menari kepiting)
Angin: bisa diem enggak sih lo??!!! (membekap mulut sapter dan menariknya untuk duduk)
Sapter: hehehehehheehhehe... peace bro... peace... (berbicara pada penonton)
Awan berhasil mencetak gol, ini untuk pertama kalinya. Dia melihat ke arah angin dan sapter sambil memberikan hormat sebagai tanda terima kasih dengan menundukkan badan. Awan dan angin membalas dengan senyuman dan terus memberi semangat.
Pertandingan berakhir, tim awan kalah dalam pertandingan. Namun, awan telah berhasil menyumbangkan 2 gol. Mereka tidak kecewa dengan kekalahan yang di dapat karena mereka bermain dengan sportif. Bagi mereka, sportifitas adalah kemenangan. Teman-teman awan yang tadinya memandang sebelah mata pada awan, mulai mempertimbangkan kemampuan awan bermain. Mereka akan membantu awan untuk lebih berlatih lagi.
Angin: yoi maimen.. lo hebat.. sumpah, keren abis..
Sapter: lo liat gue kan tadi, gue support lo abis-abisan..
Awan: hahahahha.. iya iya.. berkat lo berdua juga kali..bye the way, thanks ya anginnya.
Angin: yah, ketauan deh.. dia tuh yang punya ide. (menunjuk ke sapter)
Sapter: maksud gue kan baik. Gue enggak rela lo ditindas kayak tadi. Tapi jujur ya, kemampuan lari lo ada peningkatan.. kalo lo latihan terus, lo pasti bisa lebih cepet dari tadi.
Angin: iya, biar gue enggak ditabokin dia terus nih.
Awan: ok.. oiya, temen-temen gue mau balik ke utara nih.. kita mau istirahat dulu atau mau langsung aja??
Angin: langsung aja..
Mereka kembali ke utara. Ketika hampir sampai.
Awan: ngin, lo mau kemana?? Lo kan udah diusir dari kerajaan.
Sapter: kerajaan?? Emang lo siapa ngin??
Awan: angin itu putra mahkota kerajaan angin. Dia diusir dari kerajaan gara-gara mau bantu gue. Di kerajaannya ada larangan untuk berhubungan dengan bangsa lain. Untung aja para menteri membela dia, kalo enggak mungkin dia udah lenyap.
Sapter: ckckckckck.. enggak nyangka gue kalo lo putra mahkota.
Angin: hem... (duduk di batu besar) sebenarnya gue enggak suka sama peraturan itu. Kasian bangsa gue enggak bisa melihat hal-hal menarik di luar sana. Contohnya gue, kalo bukan karena diusir, mana mungkin gue bisa ngerjain neksir, ngebebasin sapter, bantuin awan latihan futsal, nonton pertandingan futsal. Huff.. (menghela nafas) tapi sekarang udah enggak mungkin. Gue enggak mungkin jadi raja, enggak mungkin bisa merubah peraturan itu.
Awan dan saptek tidak bisa berbicara lagi. Mereka merangkul angin untuk memberi kekuatan. Tidak lama kemudian, teman awan datang dengan tergesa-gesa dan berkata,

T. awan: wan.. wan.. (tersengal-sengal). Gawat wan.. gawat !!
Awan: ada apa sih??
T. awan: barusan gue dapet telpon dari nyokap gue, katanya ada perang, keributan besar di kerajaan angin.
AAS: apa.....????!!!!!! perang????????!!!!!
Angin: yang bener lo??
T. awan: iya bener, katanya mereka diserang sama neksir yang dibantu sama matahari. Tapi gue enggak tau, tuh neksir kenapa bisa sampe nyerang kerajaan angin.
Awan: ya udah, thanks ya infonya, gue jalan dulu.
Ayo ngin.. kita harus cepet-cepet..
Angin pun langsung melesat dengan cepatnya.
Saptek: wan, lo naik ke punggung gue aja biar cepet. 360km/jam.
Awan: yoi, cepetan susul angin..
Eh, tunggu sebentar, gue mau ngomong sama temen-temen gue.
Guys, gue boleh minta bantuan enggak?? Angin temen gue yang ngebantuin gue sampe gue bisa ikut pertandingan dan nyetak 2 gol. Gara-gara gue, dia diusir dari kerajaannya. Mungkin sekarang waktunya gue bantuin dia. Tapi gue sama saptek enggak mungkin bisa bantu dia kalo cuma berdua doang. Apa lo bersedia buat bantuin angin bareng gue sama saptek??
Mereka terdiam.
Pelatih: ok..ok.. tunggu apa lagi.. awan, kamu sama saptek pergi duluan ke kerajaan angin. Nanti kami menyusul.
Mereka tersenyum tanda kelegaan. Saptek melesat secepat kilat. Sesampainya disana, mereka sudah melihat angin sedang melawan neksir.
Saptek: dasar neksir licik..!
Awan: astaga, sebagian kerajaan terbakar. Gue kesana dulu, biar gue matiin apinya.
Saptek: gue ikut..
Awan: ga usah, lo kan dari kayu. Kalo lo kesana, bisa-bisa lo kebakar. Lo bantuin angin aja sono..
Awan dan teman-temannya membantu untuk memadamkan api yang dibuat matahari sementara saptek membantu angin melawan neksir. Angin terjatuh terkena pukulan neksir dan sapter pun mengalihkan perhatian neksir dengan memukul kaki neksir.
Neksir: dasar saptek sialan…! Ga tau di untung!
Neksir mengeluarkan mantra-mantranya untuk mengutuk saptek. Sejauh ini saptek berhasil menghindar. Sampai akhirnya, mantra itu mengenai tumpukan kayu yang terbakar dan siap menimpa saptek.
Angin: awas saptek….!!!!!!
Angin melempar batu kearah neksir, perhatian neksir pun kembali kepadanya.
Saptek: waaaaaaaaaa…….!
Saptek berusaha melindungi diri dan bersiap menerima hal terburuk.
Braak… presss… kayu terbakar itu mengenai awan yang berhasil berada tepat diatas sapter untuk melindunginya.
Awan: lo enggak kenapa-kenapa?? (tersenyum dalam kesakitan)
Saptek: iiiiiii….yaaa… (syok)
Bruuk.. awan jatuh ke bawah. Kakinya patah tertimpa balok kayu yang berak saat melindungi sapter.
Neksir kembali menyerang angin, sekarang dengan menggunakan mantra-mantranya.
Neksir: kamu akan kalah anak kecil…! Hihihihihihihihih…
Aku akan mengambil kekuatan dan kerajaan mu ini..
Tiba-tiba salah satu teman awan melemparkan handphone N76 miliknya kepada angin.
T. awan: pake kacanya..
Angin pun mengambil handphone itu dan memantulkan mantra neksir kearah matahari. neksir menyerap kekuatan matahari. dia kepanasan sampai akhirnya dia menceburkan diri ke danau dekat kerajaan itu. Celakanya, neksir tidak bisa berenang. Akhirnya dia mati tenggelam
Sementara itu, matahari terbebas dari mantra neksir dan sadar. Matahari meminta maaf atas kekacauan yang dibuatnya. Tapi angin tidak menyalahkannya karena angin tahu matahari dibawah pengaruh mantra neksir.
Semua anggota kerajaan saling membantu untuk merapikan dan membangun kembali kerajaaan mereka. Tidak ketinggalan juga awan, saptek serta teman-teman awan lainnya. Sampai akhirnya kerajaan itu berdiri kokoh kembali.
Setelah semua selesai, angin, awan dan satek menghadap ratu dan para menteri untuk menjelaskan semuanya dan mengutarakan ketidak-setujuannya atas peraturan yang ada. Mendengar penjelasan dari mereka dan ditambah melihat sendiri pertolongan awan, saptek dan teman-teman awan, Ratu mulai tergugah. Seandainya tidak ada awan dan teman-temannya mungkin kebakaran itu tidak bisa dipadamkan
Jika tidak ada sapter mungkin angin akan kalah oleh neksir. Pendapat angin didukung penuh oleh para menteri. Semua menteri juga merasakan hal yang sama dengan angin. Dan ratu pun memutuskan untuk menghapus peraturan itu dan mengangkat angin menjadi raja.
Sapter: wohui.. angin.. selamat my man…(sambil menari-nari sendiri merayakan pengangkatan angin)
Awan: dasar wong edan…. (menggeleng-gelengkan kepala)
Angin mengadakan perubahan besar, diantaranya membebaskan bangsanya untuk bergaul, harus saling tolong menolong dengan bangsa lain dan membuat lapangan futsal di atas danau tempat neksir tenggelam sebagai tanda terima kasihnya kepada bangsa awan. Sedangkan sapter, karena dia tidak memiliki tujuan yang jelas, angin memutuskan agar sapter tinggal bersamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar